''Lin, aku pulang dulu ya'', ucap Zie pamit dari rumah Meilin.
"Iya, hati-hati dijalan", jawab Meilin, sembari mengembangkan senyuman untuknya.
Meilin masih terpaku menatap kepergian pria
yang selama ini sangat ia cintai. Hati Meilin mulai berkecamuk jika
mengingat perasaannya terhadap Zie, selama ini ia hanya mampu memendam
cintanya tanpa keberanian untuk mengungkapkan, dan entah sampai kapan ia
akan bungkam. Meilin takut jika persahabatan yang sudah mereka jalin
sejak kecil tiba-tiba akan pudar hanya karena perasaannya, belum tentu juga
Zie mencintainya. Begitulah yang selalu terbesit dalam pikirannya. Meilin lebih memilih diam. Biar saja hanya Tuhan yang tahu
perasaannya.
No comments:
Post a Comment