Kamu masih menjadi satu-satunya yang menginspirasi
tulisanku, yang selalu menyita pikiranku untuk tertuju padamu, dan yang menjadi
penyebab dibalik senyum dan sedihku.
Aku merindukanmu, entah sejak kapan dan sampai kapan akan
bertahan, mungkinkah rinduku ini terlarang untukmu? Ataukah rinduku ini kan
terbalaskan olehmu? Mengingat kita yang telah berbeda tak lagi sama, kita yang
sudah mulai berjarak bagai ada sekat yang menjadi penghalang. Mungkin ini
salahku yang masih menjadikanmu satu-satunya dalam hidupku. Kadang aku lelah
dan tersiksa masih mempertahankanmu yang seharusnya aku lepaskan. Tapi apa
dayaku, untuk tidak memikirkanmu sedetik saja aku tak bisa, apalagi mengusirmu
dari hatiku.
Aku terlalu larut bernostalgia, mengenang segala yang telah
terlewati, dan mengharapkannya untuk terulang kembali, yang sudah jelas
mustahil untuk terjadi. Andai Tuhan memberiku satu permintaan, maka aku hanya meminta untuk bisa bahagia
tanpa masa lalu, sesederhana itu. Aku tidak meminta untuk bisa melupakanmu,
karena bagiku mengenalmu adalah suatu anugrah dari-Nya.
Dulu, memang tak ada yang begitu spesial saat kita bersama, kita masih terlalu polos dan lugu hingga
semuanya terlewati begitu saja dan apa adanya, tapi begitu terkenang dihatiku.